SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kepala Sekolah (Kepsek) Dasar Negeri (SDN) 002 Samarinda Kota, Subagio mengaku minat baca atau budaya literasi siswa dan siswi, rendah, termasuk dikalangan guru.
“Jujur saya akui bahwa penurunan budaya membaca tidak hanya terjadi pada murid saja, tapi pada guru pun terjadi demikian. Contoh kecilnya saja ketika ada pengumuman ataupun jadwal kegiatan di sekolah, ada saja guru yang masih saja bertanya sama temannya, padahal sudah ada pengumuman. Artinya dia (guru) pasti tidak membaca,” ungkap Subagio saat berbincang dengan Niaga.Asia di ruang kerjanya, Rabu (2/8/2023).
“Akibat dari rendahnya budaya literasi, prestasi akademik siswa turut berpengaruh, meski terdapat sebagian siswa yang prestasinya masih tinggi,” imbuhnya.
Menurut Subagio, penurunan budaya literasi siswa dapat dilihat pada kurangnya minat siswa untuk berkunjung ke perpustakaan sekolah, terutama untuk melakukan aktivitas baca. Padahal, jarak ruang kelas dengan perpustakaan hanya bersebelahan saja.
Selain itu, salah satu penyebab kunjungan perpustakaan menurun, tak bisa dipungkiri yakni pengaruh perkembangan zaman yang serba android, apalagi jika pengguna gadget tidak berada dalam batasan waktu di lingkungan keluarga.
Untuk memacu semangat literasi siswa, dalam waktu dekat pihak sekolah membenahi perpustakaan, seperti menambah beberapa fasilitas pendukung, seperti pendingin ruangan (AC), penataan ruang perpustakaan yang nyaman, serta persediaan buku bacaan yang sesuai klasifikasi minat siswa.
“Buku yang ada sekarang ini kebanyakan buku pelajaran (fiksi). Nanti kami akan menambah buku yang mengarah ke anak-anak seperti cerpen (non fiksi) dan buku lainnya. Termasuk penataan ruangan perpustakaan, jadi ini langkah awal yang kami lakukan dalam waktu dekat ini,” ujarnya.
Persoalan penurunan budaya literasi di SD Negeri 002 Samarinda Kota, juga diakui Yuliana, petugas perpustakaan sekolah.
Yuliana menyebutkan, setiap hari memang terdapat siswa yang mendatangi perpustakaan, namun tidak untuk aktivitas membaca, namun sekedar untuk bercerita sambil menunggu jemputan dari orang tua menjelang waktu pulang sekolah.
“Sesekali mereka (murid,red) datang untuk mengerjakan tugas kelompok, tapi kalau untuk membaca buku sih tidak ada, saya lihat memang rendah minat baca siswa di sini, padahal kami selalu mengarahkan,” ungkap Yuliana yang mengaku mengabdi sejak tahun 2005 di sekolah tersebut.
Sebelumnya, kata Yuliana, minat baca siswa terlihat lebih aktif, namun cenderung untuk membaca buku cerita seperti komik dan buku cerita lainnya.
Yuli menyarankan agar ruang perpustakaan sekolah mesti ditata dengan nyaman, seperti di sediakan boneka yang tentunya dapat memacu semangat siswa untuk membaca buku di perpustakaan sekolah.
“Kalau dulu sih banyak siswa yang membaca buku di perpustakaan ini, tapi sekarang kelihatannya kurang sekali. Mungkin perpustakaannya yang perlu di tata lagi supaya nyaman,” terangnya.
Penulis: Teodorus | Editor: Intoniswan | Advetorial
Tag: Perpustakaan