Atasi Kekurangan Guru di Sekolah Inklusif, Salehuddin Minta Disdikbud Gandeng FKIP Unmul

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Salehuddin menyoroti kekurangan guru untuk menangani anak berkebutuhan khusus pada sekolah inklusif atau SLB di Kaltim dan menyarankan Disdikbud menggandeng Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) Unmul untuk mengatasinya.

“Persoalan kekurangan guru belum pernah diselesaikan, terutama guru untuk anak berkebutuhan khusus,” ungkap Salehuddin saat diwawancarai Niaga.asia di Gedung B Kantor DPRD Kaltim, Kamis (23/11/2023).

Salehuddin mengaku pernah dalam rapat dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, meminta Disdikbud mengatasi kekurangan guru di sekolah inklusif bekerjasama dengan pihak universitas, seperti Universitas Mulawarman (Unmul) yang memiliki fakultas KIP.

“Kami minta mereka bekerjasama dengan pihak universitas, seperti Unmul ataupun dengan universitas lainnya,” ujar Salehuddin.

Menurut politikus Partai Golkar ini, pendidikan merupakan hak bagi semua orang termasuk anak berkebutuhan khusus. Karena itu, pemerintah wajib untuk memenuhi hal itu dengan menyediakan tenaga pendidik yang berkompeten di bidangnya, menyusul sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.

“Kita ingin pemerintah betul-betul serius mengurusi persoalan pendidikan di Kaltim ini. Selama ini memang kita selalu berkutat dengan persoalan itu (kekurangan guru),” tegasnya.

Sementara, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Disdikbud Kaltim, Meidalina mengakui bahwa tenaga pendidik bagi anak berkebutuhan khusus di Kaltim memang masih sangat kurang, sehingga perlu mendapat perhatian lebih.

Meidalina menyebutkan, rata-rata guru di beberapa sekolah inklusif tidak memiliki keterampilan khusus untuk menangani anak-anak disabilitas dalam hal mendidik dan mengajar.

“Di beberapa sekolah inklusif memang untuk guru-nya rata-rata tidak mempunyai pendidikan khusus untuk menangani anak disabilitas, jadi memang sangat kurang” ungkap Meidalina pada niaga.asia di ruangan kerjanya.

Sebagai solusinya, kata dia, Disdikbud sering kali melaksanakan pelatihan pelatihan kepada guru-guru. Baik dalam bentuk workshop maupun Bimtek (Bimbingan Teknis). Sehingga guru-guru di sekolah inklusif memiliki pemahaman terkait cara mendidik anak berkebutuhan khusus.

“Jadi untuk saat ini, guru yang tidak mempunyai pendidikan khusus, kami selalu mengadakan pelatihan. Ya itu tadi, melalui Workshop dan Bimtek,” jelasnya.

Melalui pelatihan yang dilakukan itu, guru-guru akan diberikan pemahaman terkait cara dan teknik menangani anak disabilitas.

“Alhamdulillah, antusias dari guru-guru itu luar biasa, karena mereka juga mau belajar. Kita harapkan mereka mampu mengajar anak-anak disabilitas. Sehingga anak-anak juga boleh mendapatkan ilmu pengetahuan yang maksimal,” tandasnya.

Penulis: Teodorus | Editor: Intoniswan | ADV DPRD Kaltim

Tag: