Pertamax Lebih Mahal, Warga Samarinda Ramai Pindah ke Pertalite

Ilustrasi petugas SPBU melakukan pengisian BBM (istimewa/net)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Antrean panjang pengisian bahan bakar minyak (BBM) Pertalite di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Samarinda, disebabkan mahalnya harga BBM non subsidi Pertamax, sehingga warga memilih beralih ke Pertalite.

Di Kalimantan Timur, harga baru Pertamax per 1 November 2023 adalah Rp 14.000 per liter atau turun Rp 300 per liter dibanding harga yang berlaku per 1 Oktober 2023. Sedangkan Pertalite tetap Rp 10.000 per liter.

Antrean panjang di SPBU Samarinda tidak hanya jadi sorotan Wali Kota Samarinda Andi Harun, namun juga Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik, yang juga menyoroti kondisi serupa di SPBU Kabupaten/Kota lain di Kalimantan Timur.

Merespons itu, Arya Yusa Dwicandra, Area Manager Communications, Relations dan CSR Pertamina Patra Niaga Kalimantan menerangkan, Pertamina terus mengoptimalkan penyaluran BBM Pertalite di Kalimantan Timur, khususnya lagi di Samarinda, yang menjadi concern Wali Kota Andi Harun dan warga Samarinda.

Di Samarinda, ada 34 SPBU yang beroperasi. Di mana 29 di antaranya SPBU reguler, dan 5 SPBU non reguler.

Baca jugaAkmal Malik Bicara Antrean BBM di Kaltim, Mau Temui Pertamina di Jakarta

“Untuk di Samarinda ini, kita salurkan kurang lebih 400 kilo liter setiap harinya,” kata Arya Yusa Dwicandra ditemui di Samarinda, Selasa 29 November 2023 malam.

Dari evaluasi, harga Pertamax memiliki disparitas atau perbedaan cukup tinggi dibanding Pertalite hingga Rp 4.000. Sehingga, konsumen Pertamax sekarang beralih ke Pertalite.

“Ini juga yang menjadikan antrean di SPBU cukup panjang. Karena memang saat ini, konsumsi Pertalite naik 5-10 persen ketimbang sebelumnya,” ujar Arya Yusa Dwicandra.

Arya bilang antrean panjang itu tidak terjadi di awal tahun 2023 lalu. Di mana saat itu, Pertamax Rp 12.000 per liter, hanya selisih Rp 2.000 dengan Pertalite.

“Sehingga antrean sama panjangnya, karena banyak masyarakat yang membeli Pertamax juga,” Arya Yusa Dwicandra menambahkan.

Pengisian BBM di SPBU di Balikpapan. Pertamina memastikan penyaluran BBM sesuai dengan kuota (HO-Pertamina Patra Niaga Kalimantan)

Meski harga Pertamax lebih mahal Rp 4.000 dibanding Pertalite, Pertamina Patra Niaga mengimbay masyarakat pengguna Pertamax tetap menggunakan Pertamax.

“Karena pengguna Pertalite adalah yang seharusnya menggunakan Pertalite, karena berhak secara ekonomi,” sebut Arya Yusa Dwicandra.

Arya sendiri memastikan, secara umum kuota BBM untuk Kalimantan Timur masih tersedia sampai dengan saat ini. Pertamina Patra Niaga, lanjut Arya, tidak pernah mengurangi, atau menambah lebih banyak dari kuota.

“Jadi kami harus sesuaikan, menyalurkan sesuai kota yang sudah dihitung. Kalau nanti misal terjadi over kuota, itu harus kita sesuaikan. Itu kenapa mungkin, beberapa waktu lalu di tengah tahun 2023 mungkin terjadi beberapa kali dalam tanda kutip BBM kosong di SPBU. Mungkin karena ada penyesuaian kuota,” jelas Arya Yusa Dwicandra.

“Karena khawatirnya, kalau kita lepas semua terlalu over kuota, masyarakat banyak membeli dan habis sebelum akhir tahun. Kita upayakan sampai 31 Desember tercukupi. Karena kalau 1 Januari, itu sudah kuota BBM baru tahun 2024,” demikian Arya Yusa Dwicandra.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: