Adi di Kota Baru

Cerpen Karya: Efrinaldi

Ilustrasi Pixnio.

Adi melihat jam di handphone, tepat jam delapan malam. Dia beringsut ke jendela. Pemandangan di luar apartemen tempat tinggal terlihat sepi. Kota ini memang baru dibuka, sebelumnya hutan.

Adi bekerja sebagai anggota tim perencana dan pengawas pembangunan suatu pabrik kimia sejak dia  mengantongi ijazah sarjana teknik kimia. Telah sembilan bulan Adi di sini, tinggal sendiri di apartemen satu kamar serba ada sejak dia masih bujangan di usia 26 tahun.

Adi memakai jaket, memasang sepatu, dan bersiap untuk pergi mencari hiburan di  luar. Dia menuruni tangga apartemen, terlihat sambil berpikir-pikir. Dia mengambil sepeda motor di garasi apartemen.

Ada dua orang di garasi besar yang hampir kosong itu. Adi bertegur sapa seadanya, dan mereka sama-sama menghidupkan sepeda motor. Adi memakai helm. Segera motornya meluncur ke luar garasi, menuju halaman dan terus pergi ke jalan raya.

Lampu merkuri kota terlihat terang benderang. Kota ini memang dibangun dengan desaian kota bagus. Tiga puluh menit kemudian sampailah dia di sebuah mall megah. Ada satu bangunan besar di kompleks itu.

Bangunan ini berlantai tiga. Di tengahnya ada ruang bebas yang tidak berlantai sampai lantai tiga. Sekeliling lantai ada bangunan berkamar-kamar. Adi berjalan terus sampai semua terjelahi, tanpa berhenti apalagi singgah di satu pun  tempat. Adi pun ke luar gedung, duduk di stand kopi di halaman. Adi memesan kopi hitam. Kopi habis. Adi pun bergegas ke tempat parkir untuk pulang.

Tepat jam sepuluh malam Adi telah berada kembali di kamarnya. Kamar ini terasa sepi. Matanya tertuju pada meja sudut, di atasnya ada bunga mawar segar berwarna merah. Adi  membuka jaket, mencuci tangan dan muka dan melapnya dengan handuk dan segera merebahkan badan di tempat tidur.

Besoknya Adi terbangun jam lima subuh. Adi mandi dan salat subuh. Adi membuat  kopi dan memakan roti tawar. Musik lembut diputarnya melalui handphone-nya. Tiba-tiba Handphone Adi berdering.

“Adi, bagaimana kabarmu, Nak?” tanya seseorang di seberang.

“Baik, Bu,” jawab Adi.

“Ibu telah uruskan semua persiapan pernikahanmu. Ingatlah, setelah menikah hidupmu akan bergairah dan jiwamu tenang.” Suara wanita diseberang sana terdengar mantap.

“Ya, Ibu,” jawab Adi singkat.

“Anak bujang, Ibu! Ibu yakin istrimu nanti akan mendapat pekerjaan paruh waktu secara online di sana. Kamu bisa hidup berkecukupan juga nantinya!”

Adi memandang ke luar jendela. Kota ini telah dibangun untuk semua aktifitas penduduk kota ini. Ada masjid, sekolah, taman bermain, pasar, bank, perkantoran, tempat olah raga, dan bandar udara serta pelabuhan yang tidak jauh dari kota ini.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Ternyata kurir yang mengantarkan paket. Tertulis di kotak paket Puti Lenggogeni. Ternyata itu adalah paket dari calon istri Adi. Adi terlihat girang sekali dan meloncat naik ke tempat tidur untuk membuka isi paket. Ada sekilogram rendang daging, makanan khas daerah asal Adi yaitu Minangkabau.

“Alhamdulilah!” kata Adi dengan penuh syukur.@

Tag: