Hetifah Ungkap 4 Faktor yang Membuat Ekosistem Kebudayaan Tidak Berkembang

Wakil Ketua Komisi X DPR-RI Hetifah Sjaifudian dan Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudtistek Judi Wahjudin saling bertukar cinderamata. (Foto: Hamdani/niaga.asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kurangnya kolaborasi antar stakeholder, tidak stabilnya sumberdaya dan pendaan, minimnya partisipasi publik, dan kurangnya pembaruan dan inovasi adalah empat faktor yang membuat ekosistem kebudayaan di Kalimantan Timur (Kaltim) tidak berkembang sesuai harapan.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR-RI, DR. Hetifah Sjaifudian saat menjadi keynote speaker  pada acara Sosialisasi Pelindungan Kebudayaan: “Ekosistem Kebudayaan, Memajukan Bangsa” yang dilaksanakan Direktorat Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek bekerjsama dengan Komisi X DPR-RI, di Swissbell Hotel, Samarinda, Kamis (26/9/2024).

Menurut Hetifah,  kurangnya kolaborasi antar stakeholder kebudayaan meliputi antara seniman dan budayawan, komunitas atau organisasi, serta antara pemerintah dan dunia pendidikan.

Kurangnya kolaborasi antar stakeholder tersebut membuat membuat ekosistem kebudayaan di Kalimantan Timur (Kaltim)  tidak berkembang sesuai harapan.

“Masalah kurangnya kolaborasi antar stakeholder kebudayaan tersebut  harus dituntaskan oleh para pihak terkait.,” sarannya.

Faktor kedua yang membuat ekosistem kebuadayaan tidak berkembang, lanjut Hetifah, adalah  tidak stabilnya sumber daya dan pendanaan.

“Ekosistem sering berhadapan  dengan keterbatasan sumber daya, termasuk di dalamnya masalah dukungan dana dan infra struktur dari pemerintah,” lanjutnya.

Faktor ketiga adalah minimnya akses dan partisipasi publik. Faktor keempat adalah kurangnya pembaharuan dan inovasi.

“Kedepan pelaku budaya dalam berkarya dapat melakukan pembaharuan dan inovasi yang relevan dengan kemajuan zaman dan teknologi,” sarannya.

Pada kesempatan yang sama Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudtistek Judi Wahjudin, menyampaikan betapa pentingnya pelindungan kebudayaan melalui program pencatatan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) dan Warisan Budaya Dunia di Unesco PBB.

“Hingga sekarang sudah ada puluhan kebudayaan Indonesia yang sudah jadi warisan budaya dunia, di antaranya Keris, Batik, Reog. Menyusul nanti Kebaya yang diusulkan bersama 5 negara ASEAN,” ucap Judi Wahjudin.

Sedangkan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X Kaltimtara, Titit Lestari mengatakan, budaya Kaltim yang sudah tercatat di WBTBI  tahun 2023 berjumlah 41.

“Untuk tahun 2024 ini bertambah 10,” pungkasnya.

Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan

Tag: