Indonesia Jajaki Peluang Kerja Sama Ekonomi di Kawasan Mekong

Wakil Menteri Perdagangan, Dr. Jerry Sambuaga. (Foto Kemendag/Niaga.Asia)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Kementerian Luar Negeri melalui KBRI Phnom Penh, Kamboja, bersama dengan Perwakilan RI di Kawasan Mekong, yaitu KBRI Bangkok, KBRI Hanoi, KBRI Vientiane, KBRI Yangon, dan KJRI Ho Chi Minh City telah menyelenggarakan Indonesia – Mekong Basin Connect: Infrastructure, Food and Energy Security Forum di sela-sela kegiatan the 39th Trade Expo Indonesia  (TEI) pada 11 Oktober 2024 di ICE BSD City, Tangerang.

Forum terselenggara untuk memaksimalkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara di sub-kawasan Mekong, khususnya di sektor infrastruktur konektivitas serta keamanan pangan dan energi.

Wakil Menteri Perdagangan, Dr. Jerry Sambuaga, saat membuka Indonesia – Mekong Basin Connect: Infrastructure, Food and Energy Security Forum menyampaikan, potensi pengembangan kerja sama antara Indonesia dan sub-kawasan Mekong sangat besar, termasuk di sektor pertanian, keamanan pangan, perikanan, pariwisata, investasi, dan energi terbarukan.

“Ekspor non-migas Indonesia ke kawasan Mekong meningkat 9,93% selama lima tahun terakhir (2019-2023), dengan produk ekspor utama Indonesia meliputi batubara, tembaga, minyak kelapa sawit, kendaraan, dan baja,” ungkapnya.

Sementara Duta Besar RI Kamboja, Dr. Santo Darmosumarto menyampaikan bahwa sub-kawasan Mekong masuk dalam lingkaran konsentris utama polugri Indonesia, sehingga perlu adanya upaya bersama dari seluruh stakeholders untuk lebih aktif di wilayah ini.

Kemudian, Deputi Promosi Penanaman Modal BKPM RI, Nurul Ichwan, dan Country Director Asian Development Bank_ (ADB) Indonesia, Jiro Tominaga, juga sampaikan sambutan yang menekankan bahwa Indonesia memiliki kedekatan historis dan solidaritas sebagai sesama negara ASEAN, yang dapat menjadi dasar bagi pengembangan kerja sama.

Pada sesi diskusi para panelis kembali menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara Indonesia dan wilayah Mekong. Kerja sama sebagai sesama negara ASEAN dinilai akan lebih konstruktif dibandingkan kerja sama dengan negara besar yang cenderung lebih mementingkan keuntungan finansial.Para panelis juga menyoroti sektor logistik di wilayah Mekong sebagai salah satu tantangan sekaligus potensi bagi Indonesia.

Pada sektor ketahanan pangan dan energi,panelis menekankan bahwa wilayah Mekong memiliki nilai strategis bagi Indonesia. Mekong telah lama dikenal sebagai pusat produsen beras dan dapat mendukung cadangan pangan Indonesia. Wilayah Mekong juga menyediakan peluang bagi kerja sama dalam pembangunan energi terbarukan.

Forum dihadiri oleh sekitar 100 peserta, termasuk perwakilan kementerian/lembaga, BUMN, serta perusahaan Indonesia yang bergerak dalam bidang infrastruktur, pangan, dan energi.

Panelis yang dihadirkan dalam forum terdiri dari Suon Sophal – Deputy Secretary General, Council of Development of Cambodia (CDC), Ebi Junaidi – Samudera Indonesia Research Initiative (SIRI),  Souliyo Vongdala – CEO LOCA Lao PDR, Rizkie Agustiansyah – CEO Thang Long Cement Joint Stock Company (TLCC), Vietnam.

Hadir juga Suriyan Vitchitlekarn – Executive Director, Mekong Institute Thailand, U Ye Min Aung – Chairman of Myanmar Rice Federation, Thavisith Bounyasouk – Director Planning and Cooperation, Ministry of Agriculture Lao PDR,  Somchai Sichanthalath – Director Nam Ngum 1 Dam Hydropower Plant Lao PDR, dan Arif Widjaja – Deputy COO of Poultry Indonesia, PT JAPFA Comfeed Indonesia.

Sumber: Kemlu RI | Editor: Intoniswan

Tag: