Korea Selatan Berburu Litium di Kazakhstan

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Litium ditemukan oleh August Arfwedson pada tahun 1817. Nama litium berasal dari kata Yunani yang berarti batu. Sumber Litium ditemukan di bebatuan dan cairan bawah permukaan yang disebut air garam. Litium juga ditemukan dalam mineral spodumene dan lepidolite.

Litium adalah logam alkali pertama yang lunak, ringan, dan relatif langka. Litium bersifat aktif secara kimia, mudah kehilangan satu dari tiga elektronnya untuk membentuk senyawa yang mengandung kation.

Litium adalah unsur kimia yang memiliki sifat-sifat dan kegunaan di antaranya bahan utama dalam baterai isi ulang, seperti baterai ponsel, mobil hibrida, dan sepeda listrik, obat penstabil suasana hati untuk mengobati penyakit mental seperti mania, hipomania, dan gangguan bipolar.

Selain itu litium juga dibutuhkan sebagai bahan pengeras dalam industri kaca dan keramik untuk membuat kaca dan keramik tahan api, ahan dalam sistem pendingin udara dan pengeringan industri, pelumas serbaguna dan tahan suhu tinggi, bahan untuk membuat logam yang kuat dan ringan untuk pesawat, dan bahan untuk menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer pesawat ruang angkasa.

Negara-negara yang berburu litium utamnya adalah negara yang sudah berada pada fase industri teknologi tinggi, seperi Amerika Serikat, China, Rusia, dan terbaru Korea Selatan. Informasi terbaru menyebut Korea Selatan dan Rusia sama-sama berebut litium yang ada di Kazakhstan.

Laporan Reviu Informasi Strategis Energi dan Mineral yang diterbitkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Periode Januari 2024-Mei 2024 dengan referensi Floess, Emily. 2023. Scaling up gas and electric cooking in low- and middle-income countries: climate threat or mitigation strategy with co-benefits? IOP Publishing dan Kleinberg, R. 2024. Why Methane Won’t Be Included in the European Carbon Border Adjustment Mechanism. Columbia Center on Global Energy Policy membahas tentang litium.

Foto Root of Science.

Survei Geologi Amerika Serikat tahun 2022 menyatakan bahwa Kazakhstan memiliki 50.000 ton cadangan litium yang teridentifikasi. Namun Presiden Kazakstan, mengungkapkan bahwa cadangan litium  sebenarnya di Kazakhstan mungkin dua kali lipat dari jumlah tersebut.

Dalam laporan Pusdatin Kementerian ESDM disebutkan, Korea Selatan berencana akan menggandeng Kazakhstan sebagai mitra potensial komoditas litium karena pembangkit tenaga listrik yang haus akan litium.

“Dalam upaya untuk berpartisipasi lebih dalam dalam industri ekstraktif Kazakhstan, Korea Selatan menghadapi risiko geopolitik di tingkat negara dan lebih luas,” papar Pusdatin Kementerian ESDM.

Lingkungan hukum dan peraturan di Kazakhstan menimbulkan komplikasi yang dapat menghalangi pelaku Korea Selatan untuk memanfaatkan peluang baru terkait litium. Selain itu pada saat yang sama, kebutuhan Rusia akan litium dan pengaruhnya di Kazakhstan juga menggarisbawahi risiko yang akan dihadapi Korea Selatan jika mereka tidak berinvestasi di Kazakhstan.

Litium diperlukan untuk memproduksi kaca dan keramik berkualitas tinggi. Foto ALPA Powder.

Meskipun Korea Selatan kurang berhasil dalam menembus pasar mineral penting di Asia Tengah, Kazakhstan menonjol sebagai pemasok sumber daya alam yang kuat. Meskipun Kazakhstan telah menjadi salah satu pemasok minyak mentah terbesar Korea Selatan, ekspor utamanya ke Korea Selatan adalah uranium.

Namun pemerintah Korea Selatan telah menunjukkan peningkatan minat terhadap pasokan Litium yang sebagian besar belum dimanfaatkan di Kazakhstan.

“Mengamankan pasokan mineral yang dibutuhkan untuk produksi industri dan teknologi sangat penting untuk menahan guncangan rantai pasokan yang mengganggu dan mempertahankan perekonomian yang kuat. Akses terhadap kekayaan mineral Kazakhstan telah menjadi topik diskusi dalam pertemuan dua negara tersebut,” ungkap Pusdatin Kementerian ESDM.

Kekayaan litium Kazakhstan sebagai peluang ekonomi, terutama karena kedekatan negara tersebut dengan negara-negara penghasil baterai dan teknologi utama, seperti Korea Selatan. Namun Kazakhstan belum muncul sebagai produsen litium besar.

Selain kebijakan Uni Soviet yang menyembunyikan jumlah cadangan litium di Kazakhstan, terdapat pula kurangnya investasi di industri ekstraktif di Kazakhstan. Kerja sama dengan Kazakhstan dalam mengekstraksi sumber daya alam merupakan upaya yang saling menguntungkan, mengingat Korea Selatan memiliki teknologi canggih yang dibutuhkan Kazakhstan agar ekstraksi sumber daya mineral dapat dilakukan.

Namun permasalahan dalam negeri di Kazakhstan merupakan penghalang utama bagi investor Korea Selatan. Relatif lemahnya supremasi hukum di Kazakhstan seringkali menyebabkan kegagalan investasi asing di industri pertambangan. Inkonsistensi dan seringnya perubahan undang-undang pertambangan Kazakhstan juga mempersulit investor eksternal untuk memperoleh laba atas investasi yang maksimal.

Rusia akan menjadi pesaing tangguh bagi Korea Selatan dalam hal akses terhadap kekayaan mineral Kazakhstan. Kazakhstan kini menjadi medan pertempuran persaingan sumber daya antar blok seperti Minerals Security Partnership – dimana Korea Selatan menjadi salah satu anggotanya – dan BRICS, yang mencakup Rusia.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: