Periode Januari-Agustus 2024 Nilai Transaksi PBK Rp19,94 Triliun

Ilustrasi. (Foto KBI)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Perkembangan Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) Industri di Indonesia mengalami perkembangan yang ditandai dengan peningkatan nilai transaksi secara notional value(NV).

Total nilai transaksi periode Januari-Agustus 2024 sebesar Rp 19,94 triliun (meningkat 20,33 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2023 sebesar Rp 16,57 triliun (YoY).

Demikian Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kasan pada penutupan Bulan Literasi PBK yang dilaksanakan di Jakarta, Sabtu (12/10/2024).

Khusus pada Agustus 2024, nilai transaksi PBK mencapai Rp2,73 triliun (meningkat 7,15 persen) dibandingkan Juli 2024 sebesar Rp2,55 triliun. Sedangkan,volume transaksi pada Agustus 2024 sebesar 1.157.463,47 lot (meningkat 4,83 persen) dibanding Juli 2024 sebesar 1.104.153,13 lot.

“Berdasarkan data tersebut, nilai transaksi perdagangan bilateral pada Agustus 2024 meningkat 7,39 persen. Sedangkan,transaksi multilateral turun sebesar 14,75persen. Adapun volume transaksi bilateral meningkat 6,63 persen, sedangkan multilateral juga mengalami penurunan 0,16 persen dibandingkan Juli 2024,” ujar Kasan.

Kasan menerangkan, seharusnya transaksi perdagangan multilateral dapat naik dan dapat dioptimalkan dengan menyeimbangkan peningkatan antara transaksi multilateral dan bilateral.

“Selain sebagai alternatif investasi, PBK berpotensi sebagai sarana lindung nilai (hedging) dan manajemen risiko bagi pelaku usaha. PBK juga dapat menjadi sarana pembentukan harga acuan dan stabilisasi harga komoditas. Peran ini cukup signifikan dan seharusnya menjadi instrumen untuk mengatasi fluktuasi harga komoditas seperti kondisi deflasi yang terjadi pada lima bulan berturut-turut sepertisaat ini,” ungkapnya.

Kasan mengajak semua pemangku kepentingan untuk kembali fokus pada pengembangan PBK dalam penguatan transaksi multilateral, karena masih banyak komoditas unggulan Indonesia yang belum dimaksimalkan.

“Target kita harus jelas menuju terciptanya referensi harga bagi komoditas unggulan antara lain seperti CPO, kopi, kakao, karet, timah, nikel, batu bara,” ujarnya.

Ia mengharapkan, Bulan Literasi Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) 2024 menjadi salah satu momentum untuk para pemangku kepentingan fokus pada upaya penguatan transaksi multilateral berbasis komoditas.

Meskipun Bulan Literasi telah ditutup, tugas kita dalam memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat tidak boleh berhenti dan harus berkesinambungan. Hal ini mengingat potensi PBK yang besar dan pelaku usaha yang tersebar berbagai wilayah di Indonesia.

“Tantangan dan potensi ekonomi serta perdagangan Indonesia ke depan semakin terbuka dan perlu disikapi dengan cepat dan bijak, termasuk oleh industri PBK dan Bappebti,” pungkas Kasan.

Sumber: Siaran Pers Kementerian Perindustrian | Editor: Intoniswan

Tag: