Kaltim Perlu Menarik Investasi yang Memiliki Multiplier Tinggi

Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank. (Foto HO-Net)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA –  Meski realisasi investasi di Kalimantan Timur (Kaltim) masih tumbuh stabil, terutama investasi domestik, tapi ke depan perlu menarik investasi pada sektor-sektor yang memiliki multiplier tinggi terhadap perekonomian.

Investasi yang memiliki multiplier tinggi terhadap perekonomian, bisa menjadi salah satu cara untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi ke depan dan mengurangi ketergantungan terhadap sektor pertambangan batubara.

Hal itu disampaikan Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank  dalam acara Temu Responden Tahun 2024 dengan tema: “Peluang dan Tantangan Investasi di Provinsi Kaltim di Tengah Dinamika Global” yang diselenggarakan hari Kamis, 10 Oktober 2024 di Hotel Mercure Samarinda.

Temu Responden Tahun 2024, menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim,  Budi Widihartanto, dalam rangka memperkuat sinergi serta kolaborasi antara Bank Indonesia dan responden liaison, dihadiri 170 tamu undangan, yang terdiri dari perwakilan instansi vertikal, organisasi pemerintahan daerah (OPD), akademisi, serta seluruh korporasi di wilayah kerja KPw BI Provinsi Kaltim  yang menjadi responden.

Josua mengatakan, pekerja di provinsi Kaltim paling banyak bekerja di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Namun, sektor dengan produktivitas tertinggi terdapat pada sektor real estate, pertambangan, dan informasi serta komunikasi.

“Jadi investasi yang dibutuhkan Kaltim untuk menopang ekonomi rakyat adalah investasi di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan,” ucapnya.

Menurut Josua, sektor terkait batubara hingga kini di Kaltim masih menjadi sektor utama penerima investasi di Kaltim. Tapi perlu dicermati, sektor pertambangan Kaltim cenderung tumbuh lebih lambat dibandingkan tahun 2023 lalu meskipun secara tren masih relatif tinggi.

“Besarnya investasi pada sektor industri pertambangan di Kaltim tidak mampu mendorong pertumbuhan yang relatif tinggi dalam lima tahun terakhir,” ujarnya.

Josua mengingatkan juga, di pasar global, berbagai harga berbagai komoditas telah menurun dari puncaknya, meski masih di atas level sebelum pandemi dan mungkin mendukung pertumbuhan ekonomi untuk provinsi yang terkait dengan sektor komoditas.

“Ke depan, harga komoditas diperkirakan akan lebih rendah dari level saat ini. Namun, ketidakpastian mengenai ketegangan geopolitik di Timur Tengah dapat meningkatkan harga komoditas global, terutama minyak mentah.”

Sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi penopang utama pertumbuhan PDB Kaltim di 2024. Dari sisi pengeluaran, PMTDB konsisten menjadi penopang utama pertumbuhan PDB di Kaltim. Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kutai Kartanegara (Kukar) dan Kota Balikpapan menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Kaltim pada 2023 lalu.

Sektor pertambangan masih menjadi penyumbang pertumbuhan terbesar mencapai  38% dari angka pertumbuhan provinsi Kaltim. Secara volume, ekspor batubara 2024 masih mengalami kenaikan.

Namun secara nilai, ekspor batu bara tercatat turun hingga 19% dibandingkan tahun lalu akibat penurunan harga.

“Tiongkok masih menjadi negara tujuan ekspor produk dari Kalimantan Timur. Namun demikian, nilai ekspor ke Tiongkok masih mengalami kontraksi pada tahun 2024 ini, sementara ekspor ke India, negara tujuan ekspor kedua terbesar, sudah mengalami pertumbuhan positif, begitu juga dengan ekspor ke Vietnam,” pungkasnya.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim

Tag: