SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Menurunkan prevalensi stunting pada anak balita di Kalimantan Timur (Kaltim) masih perlu kerja keras dan kerja sama lintas sektor, para pihak atu stakeholder hingga tingkat kelurahan dan rukun tetangga, karena baru sekitar 45 persen orang tua rutin mengecek status gizi anaknya ke pos pelayanan terpadu (Posyandu).
“Kita masih perlu menggerakkan 55 persen orang tua untuk rutin datang Posyandu mengecek status gizi anak balitanya,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, Fitnawati dalam Konferensi Pers bersama dengan H Fahmi Prima Laksana, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Kaltim, Jum’at (18/10/2024).
Konferensi Pers bersama dengan DPMPTSP dan Dinas Kesehatan Kaltim diselenggarakan Kepala Dinas Kominfo Kaltim, HM Faisal di kantor Diskominfo Kaltim, diikuti puluhan wartawan dari media cetak dan online.
Menjawab pertanyaan Niaga.Asia, Fitnawati mengatakan, belum bisa memperkirakan angka stunting di Kaltim pada akhir tahun 2024 apakah bisa mencapai target yang ditetapkan secara nasional yakni 14 persen, karena untuk mengukur capaian dilakukan melalui survei.
“Perkembangan terakhir, prevalensi stunting di Kaltim 17 persen. Sedangkan daerah yang penurunan stuntingnya sangat signifikan adalah Kutai Kartanegara dan Paser,” terangnya.
Menurut Fitnawati, sesuai kondisi faktual di masyarakat, masih perlu pihak-pihak terkait kerja keras untuk menggerakkan 55 persen orang tua balita yang selama ini abai mengecek status gizi anaknya ke posyandu.
“Kabupaten/Kota punya tenaga kesehatan, punya kader posyandu, diharapkan mendapatkan cara yang tepat mengajak semua orang tua yang punya balita, rutin datang ke posyandu mengecek status gizi anaknya,” katanya.
Fitnawati juga mengingatkan bahwa, penyebab anak jadi stunting tidak hanya karena kurang gizi, tapi bisa juga karena faktor lingkungan, misalnya sanitasi lingkungan yang buruk dan kesulitan mengakses air bersih.
“Penyebab balita stunting, 30 persen karena kekurangan gizi, sedangkan 70 persen lagi karena faktor lingkungan dan akses ke air bersi,” terangnya.
Menurut Fitnawati lagi, pemerintah daerah sekarang ini tidak hanya menghadapi masalah stunting, tapi juga berhadap-hadapan dengan masalah yang juga efeknya beresiko tinggi, yakni obesitas, baik pada orang tua, remaja, maupun anak-anak.
“Masalah obesitas ini juga perlu perhatian, karena adanya pola makan yang tidak sehat,” pungkasnya.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim