SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Setelah menjadi pembina Koperasi Taruna Bina Mandiri (KTBM) yang bergerak dalam penyediaan komoditas pisang kepok grecek yang berlokasi di Desa Kandungan Jaya, Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur (BI Kaltim) menyimpulkan, pisang kepok grecek salah satu komoditas pertanian unggulan yang menyumbangkan nilai ekspor Kaltim.
Luas lahan tanaman pisang kepok di Kaltim diprakirakan mencapai 1.820 Ha, produksi buah pisang merupakan jenis buah dengan produksi terbesar di Provinsi Kaltim dibandingkan jenis buah lainnya dengan volume produksi mencapai 1,56 juta Kuintal pada tahun 2023 atau setara 51% dari total produksi buah-buahan di Provinsi Kaltim.
Selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, menurut BI Kaltim, pisang kepok grecek juga memiliki permintaan yang cenderung meningkat setiap tahunnya dari pasar luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, hingga Amerika Serikat.
“Pisang kepok grecek asal Kaltim ini diminati oleh pasar luar negeri untuk diolah kembali sebagai tepung pisang dan makanan ringan balita,” kata Kepala Perwakilan BI Kaltim, Budi Widihartanto.
Berangkat dari permasalahan dan melihat adanya potensi tersebut, serta sejalan dengan tujuan peningkatan inklusivitas ekonomi guna mendukung kebijakan makroprudensial yang pro-growth, BI Kaltim menggalakan program pembinaan UMKM Go-Export agar dapat bersaing di pasar internasional dan layak memperoleh akses pembiayaan (bankable).
Koperasi Taruna Bina Mandiri (KTBM) memiliki lahan pisang kepok grecek seluas 5.600 Ha yang dapat menghasilkan 3.200 ton setiap bulan. Selain untuk memenuhi kebutuhan di sejumlah Kabupaten/Kota di Kaltim, sebagian hasil panen tersebut telah diekspor secara langsung (tanpa aggregator) sejak 2021 dengan pasar utama Malaysia, Singapura, Iran, dan Jepang senilai 1,5 juta dolar AS setiap tahun.
“KTBM mulai mencoba untuk melakukan ekspor pada tahun 2020 setelah adanya penurunan permintaan pisang kepok grecek di pasar domestik hingga 80% akibat pandemi Covid-19,” ungkap Budi.
Deselerasi permintaan yang menyebabkan harga produk menurun (semula berada dikisaran Rp3.000/kg menjadi Rp2.000/kg) dan over produksi yang mengakibatkan petani mengalami kerugian. Ditenggarai hal tersebut, KTBM mulai membidik pasar internasional untuk menyerap sebagian hasil produksi yang tidak terserap oleh pasar domestik.
Menurut Budi, KTBM mulai aktif mengikuti program pengembangan UMKM Go-Export salah satunya adalah Program Export Kaltimpreneurs oleh BI Kaltim bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim pada tahun 2021.
Melalui keikutsertaan pada program tersebut, KTBM mulai memiliki pengetahuan mengenai prosedur melakukan ekspor secara mandiri baik secara teknis maupun administratif.
Selain pemahaman prosedural, KTBM juga terpilih untuk difasilitasi untuk mengikuti kegiatan pertemuan dengan buyer internasional secara langsung melalui kegiatan business matching dan keikutsertaan pada pameran ekspor seperti Trade Expo Indonesia (TEI).
“KTBM mulai mendapatkan deal ekspor dari buyer internasional pertama di tahun 2022 setelah mengikuti kegiatan business matching yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM. Selain itu, KTBM juga berhasil mendapatkan kontrak selama satu tahun sebesar 1 juta dolar AS dari perusahaan asal Malaysia pada kegiatan TEI tahun 2023 yang difasilitasi oleh BI Kaltim” kata Budi.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: Pisang