NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Sinertigas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Nunukan, bersama TNI-Polri dalam pencegahan peredaran narkotika tahun 2024 berhasil mengamankan 126 kilogram lebih narkotika golongan I jenis sabu.
“Keberhasilan ini berkat koordinasi dan sinergitas KPPBC bersama Aparat Penegak Hukum (APH) di Nunukan,” kata Kepala Seksi Kepatuhan Internal dan Penyuluhan, KPPBC Nunukan Ahmad Kuncoro Pandu Yekti pada Niaga.Asia, Senin (04/11/2024).
Jumlah penangkapan narkotika sabu sepanjang tahun 2024 baik di pelabuhan resmi Tunon Taka Nunukan, maupun jalur-jalur ilegal mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2023 yang hanya sekitar 56,836,45 gram.
Tingginya tingkat keberhasilan pencegahan peredaran narkotika di wilayah perbatasan Indonesia, tidak lepas dari semakin intensnya pengawasan bersama terhadap kedatangan orang dan barang dari Malaysia menuju pulau Sebatik dan Nunukan.
“Tahun 2024 terjadi 25 kasus penangkapan sabu dengan jumlah tersangka 23 orang, sedangkan tahun 2023 hanya 7 kasus dengan tersangka 5 orang,” sebutnya.
Untuk mencegah lolosnya sabu melalui pelabuhan Tunon Taka, KPPBC Nunukan telah melengkapi peralatan X-ray dan alat pelacak lainnya, perangkat elektronik ini sangat berguna dalam memaksimalkan kinerja petugas.
Tangkapan narkotika terakhir yang terdeteksi mesin X-ray pos pemeriksaan Bea Cukai Tunon Taka Nunukan, terjadi Oktober 2024 sebanyak 5,4 kilogram. Sabu asal Malaysia tersebut dibawa calon penumpang kapal tujuan Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Sabu 5,4 kilogram dibawa perempuan inisial MAR (39) seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) Malaysia, yang hendak pulang ke Sulsel,” ucapnya.
Kuncoro menerangkan, perangkat X-ray pos pemeriksaan Bea Cukai di pelabuhan Tunon Taka Nunukan, difungsikan untuk pemeriksaan kedatangan dan keberangkatan jalur pelayaran kapal-kapal internasional.
Namun begitu, keberadaan X-ray dapat digunakan terhadap pemeriksaan penumpang kapal domestik apabila ada atensi dari Kepolisian dan BNN untuk membantu mengoptimalkan pemeriksaan orang dan barang.
“Sebenarnya X-ray kita untuk jalur internasional, tapi kalau ada permintaan untuk penyelidikan dan pemeriksaan dari Polisi bisa digunakan,” jelasnya.
Keberhasilan pencegahan peredaran narkotika bukanlah ukuran bahwa pengiriman sabu ke wilayah Indonesia meningkat, tingginya jumlah sabu diamankan bisa jadi factor semakin gencarnya petugas mengamankan jalur masuk dan keluar.
Oleh karena itu, banyaknya jumlah sabu diamankan petugas sejak Januari – Oktober tahun 2024 tidak bisa menjadi probabilitas atau angka persentase untuk mengukur terjadinya peningkatan suatu peristiwa kejahatan.
“Kita tidak tahu pasti apakah penyelundupan sabu ke Nunukan meningkat, tapi yang jelas jumlah sabu diamankan tahun ini lebih banyak,” terangnya.
Sebagian besar pemilik sabu yang tertangkap di pelabuhan resmi maupun di jalur-jalur ilegal di pulau Sebatik, merupakan pekerja migran yang telah lama bekerja di Malaysia, dan hendak pulang kampung ke Sulsel.
Persoalan ekonomi seringkali jadi alasan pelaku nekat membawa sabu dari Malaysia ke Nunukan, apalagi upah yang dijanjikan para bandar narkotika cukup besar jika berhasil meloloskan barang sampai tujuan.
“Tidak kapok-kapok mereka bawa sabu ke Nunukan, kadang kami kasihan juga lihat ibu-ibu ketangkap bawa sabu,” tuturnya.
Penulis : Budi Anshori : Editor : Intoniswan
Tag: BC Nunukan