SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Indonesia merupakan negara pertama yang mempunyai ekosistem baterai electric vehicle (EV) dari hulu ke hilir. Ekosistem baterai electric vehicle (EV) dari hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu dikuasai perusahaan dari China dan Korea Selatan.
Pembangunan dari hulu ke hilir yang telah dilakukan CATL (Contemporary Amperex Technology Co., Limited asal China) dan pembangunan dari hilir ke hulu yang telah dilakukan perusahaan Korea Selatan yakni Hyundai dan LG yang membentuk PT Hyundai LG Indonesia.
Melalui pemanfaatan sumber daya alam yang kaya serta berinvestasi dalam teknologi mutakhir, Indonesia siap menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan global untuk kendaraan listrik, dari hulu sampai hilir, dengan ekosistem yang terintegrasi dan melibatkan para pemangku kepentingan internasional.
“Langkah strategis ini tidak hanya akan meningkatkan perekonomian Indonesia, tetapi juga menciptakan ribuan lapangan kerja, mendorong inovasi dan pengembangan keterampilan di antara tenaga kerja Indonesia,” kata Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam “Informasi Strategis Edisi Juli 2024”.
Disebutkan, Indonesia memiliki target 600 ribu kapasitas Produksi Battery Electric Vehicle (BEV) di tahun 2030, sehingga produksi BEV 50 ribu unit per tahun ini akan menambah kapasitas produksi Indonesia secara signifikan.
“Produksi ini diperkirakan dapat mengurangi emisi CO 2 sekitar 160 ribu ton per tahun, mengurangi impor BBM 45 juta liter per tahun, serta penghematan subsidi BBM mencapai 131 miliar rupiah per tahun, dan akan bertambah seiring jumlah kendaraan yang beredar,” ungkap Pusdatin ESDM.
Selain itu, dengan penggunaan baterai LG produksi dalam negeri pada BEV, nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yang awalnya 40 persen bisa naik jauh lebih tinggi, mendekati 80 persen.
“Hal ini merupakan langkah awal untuk mendorong peningkatan nilai tambah dari industri dalam negeri,” sambungnya.
Menurut Pusdatin ESDM, penjualan kendaraan listrik di Indonesia diperkirakan bisa mencapai kisaran 30.000—35.000 unit pada 2024. Proyeksi ini dilandasi oleh perhitungan makin banyaknya tipe EV yang masuk ke pasar Indonesia hingga kuartal II-2024.
Selain itu, harga dari EV baru tersebut juga berada pada rentang Rp300 juta—Rp400 juta yang sesuai dengan daya beli konsumen Indonesia. Pengurangan PPN [pajak pertambahan nilai] jadi 1% juga jadi daya tarik buat orang yang akan membeli mobil.
Pengembangan kendaraan listrik di Indonesia kedepannya tentu banyak hambatan dan tantangan seperti proses pengolahan teknologi baterai yang memerlukan teknologi canggih dan biaya yang cukup besar, serta terbatasnya infrastruktur baterai untuk kendaraan listrik.
“Maka dari itu, perlu adanya dukungan dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia dalam rangka percepatan kendaraan berbasis listrik (EV) tidak hanya berbentuk infrastruktur, tetapi juga regulasi serta produksi,” demikian Pusdatin ESDM.
Masyarakat juga harus terus diberikan edukasi mengenai dampak positif kebijakan transisi energi dalam rangka pengurangan emisi, salah satunya dengan beralih menggunakan kendaraan listrik.
Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan
Tag: baterai listrik