NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Kebersihan (higienis) bahan makanan bergizi gratis (MBG), dapur dan penjamah MBG di Nunukan perlu dapat perhatian serius penyedia MBG, karena dari dua kali kejadian dimana sejumlah pelajar SDN 03 dan SMAN 2 Nunukan Selatan sakit perut sehabis menyantaop MBG, diduga penyebabnya ayam dan ikan tongkol yang tidak higienis (bersih)
Yayasan yang ditunjuk jadi penyedia MBG perlu melakukan upaya kesehatan (higienis) dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya.
Misalnya, Guru Bidang Kesiswaan SMAN 2 Nunukan Selatan, Burhan mengatakan, telah menerima laporan dari pelajar bahwa menu makanan MBG tanggal 14 Januari 2025 tidak layak makan karena pada lauk masakan ikan tongkol terdapat ulat.
Pihak guru yang melakukan pengecekan langsung menarik kotak-kotak makanan yang belum disentuh, namun ada sebagian anak-anak yang tidak memperhatikan dan sudah terlanjur memakan habis ikan.
“Sebagian sudah dimakan, sebagian lagi diambil dan dikembalikan ke penyedia makanan, sekaligus bukti laporan adanya ulat pada lauk,” jelasnya.
Pasca dua kejadian itu, pihak sekolah melaporkan kejadian dugaan makanan tidak memenuhi standar kesehatan ke UPTD Dinas Pendidikan Nunukan Selatan, dengan harapan ditindaklanjuti ke Dinas Kesehatan.
Perwakilan Badan Gizi Nasional (BGN) wilayah Kecamatan Nunukan Selatan, Aji Sanjaya mengaku tidak mengetahui dan belum menerima laporan dugaan keracunan pelajar SMAN 2 Nunukan yang peristiwanya bersamaan SDN 03 Nunukan.
“Kami cuma terima laporan SDN 03 Nunukan Selatan, untuk SMAN 2 Nunukan tidak melaporkan, begitu pula di sekolah-sekolah lainnya,” bebernya.
Aji menerangkan, hasil investigasi pengawas BGN Nunukan Selatan terhadap dugaan keracunan menu MBG kemungkinan disebabkan dari bahan baku daging ayam yang dibeli pihak dapur di penjual ayam pinggir jalan tidak higienis.
Pembelian daging ayam tersebut dikarenakan kebutuhan ayam yang awal diperkirakan 300 kilogram tercukupi, namun nyatanya kurang, sehingga pengelola dapur menambah 20 kilogram daging ayam.
“Perhitungan dapur meleset lauk ayam tidak cukup, jadi beli daging ayam di pinggir jalan, bukan di tempat biasa langganan,” jelasnya.
Perubahan jumlah sasaran penerima MBG membuat pengelola dapur cukup kewalahan, awalnya minggu pertama dapur hanya diminta menyiapkan 2.500 untuk pelajar sekolah negeri, kemudian di minggu kedua permintaan bertambah jadi 3.200.
Selain itu, persoalan jarak sekolah yang saling berjauhan sedikit memperlambat proses distribusi, pihak BGN sudah menyarankan penyedia menambah armada untuk mengatasi persoalan ini agar makanan datang tepat waktu.
“Ini masih proses pembenahan dan evaluasi, kedepan mungkin anak lebih baik apabila nantinya pemerintah daerah dilibatkan,” tuturnya.
Penulis ; Budi Anshori | Editor : Intoniswan
Tag: Makan Bergizi Gratis