TOKYO.NIAGA.ASIA – KBRI Tokyo menyampaikan sebanyak 51 WNI masih mengungsi dari kediaman mereka di Prefektur Ishikawa pascagempa berkekuatan 7,6 atau 7 dalam skala intensitas seismik Jepang yang terjadi 1 Januari 2024. Sebelumnya ada 183 WNI yang tinggal di sejumlah lokasi pengungsian yang tersebar di Kota Ogi, Suzu, Saikai, Wajima, Nanao, Anamizu, Uchinada, Nakanoto, dan Naomi.
Salah satunya Indria Fukuda, yang tinggal di Kota Noto, yang tak jauh dari pusat gempa di Semenanjung Noto di pesisir Laut Jepang.
Ia tinggal di pengungsian yang bertempat di kantor RW sejak hari pertama gempa pada 1 Januari lalu. Pasokan listrik dan gas masih lancar tetapi aliran air terputus.
“Air minum dari pemerintah ada bantuan…alhamdulillah untuk minum dan wudhu.. Kalau untuk (menyiram) di WC ketika buang air itu mengambil air dari sungai yang ada di dekat sini,” jelas Indria, seraya menambahkan bahwa ketersediaan makanan bagi warga cukup banyak.
Indria mengaku rumahnya hanya mengalami kerusakan ringan pada dinding, tetapi memilih tinggal di pengungsian bersama dengan keluarga lainnya yang seluruhnya adalah orang Jepang, termasuk dua anak, ibu mertua, dan saudara mendiang suaminya.
Kepada wartawan Sri Lestari di Jepang yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Indria mengatakan belum memastikan kapan akan kembali tinggal di rumahnya.
Sementara itu, Bambang Irawan, pekerja Indonesia yang tinggal di Kota Wajima terpaksa mengungsi di sebuah SMP setelah gempa terjadi pada Senin (01/01) lalu hingga Jumat (05/01).
Apartemen yang ditinggalinya bersama enam rekannya lantainya miring dan dindingnya retak di lantai dua, sementara di lantai satu temboknya sudah jembol karena guncangan gempa.
Saat gempa terjadi ada lima WNI di apartemen tersebut, sementara dua lainnya tengah berada di Kanazawa untuk liburan tahun baru.
Tak lama setelah gempa kedua, ia dan rekannya menuju ke sekolah terdekat yang ditetapkan pemerintah Jepang sebagai lokasi pengungsian. Pada malam pertama, mereka harus melewati malam yang dingin karena keterbatasan fasilitas di lokasi pengungsian.
“Waktu hari pertama cuma dapat tiga selimut untuk lima orang, hari kedua nekat ke apato (apartemen) ambil selimut walaupun masih ada gempa susulan,” jelas Bambang kepada wartawan Sri Lestari di Jepang.
Apartemen tempat Bambang dan rekan-rekannya tinggal berada tak jauh dari lokasi kebakaran yang menghanguskan ratusan bangunan.
Media NHK melaporkan sekitar 100 bangunan hancur akibat kebakaran besar yang terjadi setelah gempa. Guncangan gempa di kota itu mencapai 6 kuat dalam skala intensitas seismik Jepang.
Sementara untuk bantuan makanan di lokasi pengungsian, menurut Bambang, pasokan terbatas hingga hari ketiga setelah bencana, yaitu berupa makanan kecil dan roti. Mulai Kamis (04/01) hingga Jumat (05/01) bantuan makanan yang tersedia di lokasi pengungsian mulai berlimpah.
Ketika wawancara dilakukan pada Jumat (05/01) malam waktu Jepang, Bambang dan rekan-rekannya dipindahkan ke Kota Kanazawa oleh Perusahaan tempatnya bekerja.
Aliran listrik, gas, dan air pascagempa belum sepenuhnya pulih di sejumlah kota yang terdampak.
Di Kota Suzu, pada malam pertama setelah gempa 1 Januari lalu sebanyak 18 WNI terpaksa bermalam di tengah udara yang dingin dan bersalju.
Pada hari berikutnya mereka sudah kembali ke asrama tetapi masih mengalami pemadaman listrik, seperti disampaikan Rizal Sokobiki.
“(Listrik) belum nyala, gas juga belum ada, sementara ini teman-teman masak pakai kayu bakar,” jelas Rizal yang bekerja di kapal penangkap ikan.
Ia mengatakan telah mendapatkan bantuan makanan dari pos pengungsian berupa roti dan air sebanyak tujuh kardus. “Itu untuk kita semua disini, untuk tiga hari ke depan, tetapi tinggal di asrama dan hanya ke tempat pengungsian untuk men-charge hp,” kata Rizal.
KBRI Tokyo memberikan bantuan melalui perwakilan WNI di Prefektur Ishikawa sejak hari kedua pascagempa dan pada Jumat (05/01) tim KBRI Tokyo baru dapat menyerahkan bantuan dan pendataan WNI di wilayah yang terdampak gempa secara langsung.
Duta besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi, meminta WNI untuk memberikan informasi jika ada kerabat atau rekan yang tinggal di Ishikawa dan sekitarnya yang belum dapat dihubungi ke nomor hotline KBRI Tokyo yaitu +818035068612, KJRI Osaka: +818031131003.
Dua Ratus Orang Masih Dinyatakan Hilang
Hingga hari ini, tim penyelamat di Jepang dipaksa bergerak cepat guna menemukan 242 orang yang dinyatakan hilang setelah gempa dahsyat pada 1 Januari 2024.
Periode 72 jam yang kritis untuk menemukan korban selamat sejak gempa terjadi berakhir pada Kamis (04/01) malam.
Pada hari Jumat (05/01), jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,6 di semenanjung Noto yang lokasinya terpencil meningkat menjadi 92 orang.
Pasukan Pertahanan Jepang menggandakan jumlah pasukannya untuk ambil bagian dalam upaya penyelamatan dan bantuan menjadi 4.600, demikian kantor berita Kyodo melaporkan.
Banyak orang diperkirakan terjebak di bawah rumah mereka yang runtuh – kebanyakan di kota Suzu dan Wajima.
Struktur rumah yang terbuat dari kayu tidak dibangun untuk tahan gempa bumi besar yang acap melanda negara tersebut.
Puluhan ribu orang masih hidup tanpa aliran listrik dan air, sementara ratusan lainnya masih terisolasi dari bantuan karena tanah longsor dan jalan yang terblokir.
“Kami tidak akan menyerah,” kata Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida setelah pertemuan dengan para pejabat terkait pada Jumat.
Kishida mendesak para tim penyelamat dan orang-orang yang terlibat untuk menolong masyarakat yang terdampak.
Gempa pada Senin (01/01) malam juga memicu tsunami kecil yang membanjiri setidaknya 120 hektare lahan, ungkap Kementerian Pertanahan Jepang.
Jepang mengatakan akan menghabiskan 4,74 miliar yen sebagai cadangan anggaran untuk membantu para korban.
**) Artikel ini dikutip dari BBC News Indonesia yang sudah tayang dengan judul “Ratusan orang hilang, puluhan WNI mengungsi akibat gempa Jepang”
Tag: Gempa