Bisikan Kalbu

Cerpen Karya: Efrinaldi

Foto Efrinaldi.

Jam menunjukkan jam 02.15 dini hari. Aku duduk di ruang tengah tempat aku biasanya menulis. Tiba-tiba terjadi dalam alam pikiranku suatu dialog dengan Sarah.

“Siapa kau sebenarnya Sarah?” tanyaku pada Sarah yang duduk menyamping padaku.

“Aku adalah wanita yang sebentar lagi ditinggal mati suamiku.” kata Sarah.

Aku beringsut ke belakang. Kemudian bertanya lagi.

Bayangan kemudian terlihat Sarah duduk damai di suatu tepi ruangan di mana anak-anak dan cucu-cucunya berbaring di karpet.

Aku pun terperanjat. Kok bisa Sarah tahu bahwa suamiya sebentar lagi akan mati? Bukankah ajal itu di tangan Allah SWT? pikirku. Oh, tidak! Itu bukanlah bayangan Sarah. Itu adalah bisikan setan! teriakku dalam hati. Kemudian aku berpikir ulang.

Mungkin Sarah melihat kondisi sakit suaminya semakin hari semakin bertambah parah. Bisa jadi Sarah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk yang dihadapinya dalam waktu dekat ini.

Apa yang akan terjadi dalam waktu dekat ini? tanyaku dalam hati. Kemudian terbayang putriku, Bella, duduk di tenang dengan memakai  jilbab yang syar’i. Di hadapannya terbujur mayatku bertutup kain panjang batik. Dari penampilanya terlihat Bella siap menghadapi musibah ini. Dia sangat tenang dan suasana  di sekitarnya juga tenang. Aku pun meneteskan air mata.

Aku kira-kira apakah itu bayangan yang benar? Aku ingat ajaran agama, bahwa mengingat akan kematian adalah hal yang baik. Aku pun berdoa agar aku mati husnul khatimah kelak.

Beberapa menit kemudian aku memohon pada Allah, Ya, Allah berilah aku petunjuk apa yang sebaiknya aku ingat selain kematian yang dekat itu?

Terpikir akan cucuku Mazaya menjadi anak remaja. Setelahnya Mazaya duduk dengan bayi di gendongannya dan sebelah kirinya ada sesosok lelaki tampan dengan wajah tenang.

Tiba-tiba air mataku berlinang. Terucap dari bibirku, “Perkenankanlah ya, Allah!” Inilah bibit kecemasanku akhir-akhir ini. Aku mencemaskan akan nasib anak-cucuku di masa depan. Aku berniat mengkonsultasikan dengan dokter pribadiku agar aku bisa mengatasi kecemasan ini.

Jam telah menunjukkan jam 02.53 dini hari. Aku menutup laptop dan pergi mengambil air wudhu untuk salat sunat mutlak.

Sehabis salat, seolah-olah beban yang menghimpit  sirna. Keyakinan baru tumbuh bahwa Allah SWT menjamin rezeki setiap makhluk ciptaan-Nya. Aku berdoa agar istri dan anak cucuku selamat dari api neraka. Aamiin, ya Allah!@

Tag: