SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Provinsi Papua Barat menjadi salah satu provinsi peserta Musabaqah Tilawatil Qur’an Nasional (MTQN) XXX di Samarinda pada 6-16 September 2024. Dalam kegiatan pawai ta’ruf pagi ini tadi, mereka melihat minimnya animo masyarakat untuk menonton.
Ketua Harian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Papua Barat Musa Kamudi mengatakan, dalam MTQN XXX di Kota Samarinda, Kaltim ini, provinsi Papua Barat membawa 19 peserta kafilah dan 25 offisial untuk mengikuti seluruh kegiatan perlombaan MTQ.
“Awalnya kita mendaftar 52 peserta. Tapi saat pendaftaran, ada 23 calon peserta yang administrasinya belum lengkap. Sehingga yang hadir hari ini, kami membawa 19 peserta dengan 25 offisial,” kata Musa ditemui di halaman Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gadjah Mada Samarinda, Sabtu 7 September 2024.
Musa berharap, meskipun jumlah peserta daerahnya tidak sebanyak provinsi lainnya, Papua Barat tetap mampu menunjukkan hasil maksima di depan dewan hakim, selama MTQN XXX berlangsung.
“Semua provinsi pasti menghendaki juara. Tapi kami yakin dan percaya, meski dengan persiapan yang terbatas, mudah-mudahan Papua Barat bisa tampil terbaik seperti beberapa tahun sebelumnya,” ujar Musa.
Musa menyebutkan, setiap tahunnya Papua Barat masuk dalam 10 besar event MTQ Nasional yang digelar sebelumnya di daerah lain.
“Setiap event MTQ Nasional kita selalu tampil dan masuk 10 besar. Tetapi tahun ini saya yakin dan percaya pasti tidak tercapai, karena selain jumlah peserta yang terbatas, jumlah kesiapan MTQ terbatas,” sebutnya.
“Tapi yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa tampil maksimal di event nasional ini,” Musa menambahkan.
Sementara untuk pawai ta’aruf sendiri, Provinsi Papua Barat berupaya memperkenalkan Provinsi Papua Barat kepada masyarakat Kaltim, melalui mobil hias berbentuk rumah adat kaki seribu dan pakaian ciri khas Papua Barat.
Rumah kaki seribu adalah rumah adat asli dari penduduk Suku Arfak yang menetap di Kabupaten Manokwari, Papua Barat.
Rumah adat tersebut dijuluki demikian karena menggunakan banyak tiang penyangga di bawahnya. Sehingga jika dilihat, memiliki banyak kaki seperti hewan kaki seribu.
“Rumah kaki seribu menandakan salah satu rumah adat di Manokwari, Papua Barat. Terlihat begitu kokoh dengan tiang tiang di bawahnya,” sebut Musa.
“Selain itu ada tiga tungku dan satu patung. Menandakan bagaimana semangat toleransi antarumat beragama, adat, pemerintah dan masyarakat bersatu dalam satu keluarga, bisa terdapat agama yang berbeda beda,” terang Musa.
Musa memberikan penilaian berkaitan pelayanan Liaison Officer (LO) yang bertugas menyambut dan melayani tiap tim kafilah dari berbagai provinsi di Indonesia.
“LO yang ditunjuk panitia telah bekerja maksimal, kamu ucapkan terimakasih. Tetapi ada yang perlu dievaluasi, kecuali tentang jadwal pelaksanaan pawai ta’aruf ini,” sebutnya.
Musa menggarisbawahi beberapa hal yang menjadi evaluasi dalam Pawai Ta’aruf MTQ Nasional XXX di Samarinda ini yakni belum maksimalnya penonton yang hadir menyaksikan pawai tersebut.
“Kami melihat bahwa tadi begitu kami lewat, banyak masyarakat yang tidak hadir. Mungkin karena waktu. Kalau di provinsi lain waktunya agak siang. Sehingga sepanjang jalan itu masyarakat cukup banyak,” jelasnya.
Selain itu, rute pawai ta’aruf yang terbilang singkat juga menjadi sorotan Musa. Di mana, rute pawai ta’aruf ini mulai dari Jalan Kesuma Bangsa, Agus Salim, KH Abdurrasyid dan berakhir di panggung kehormatan Jalan Gajah Mada Kantor Gubernur Kaltim.
“Tadi kami liat, jalurnya sudah pendek, masyarakat belum siap untuk menyaksikan. Mungkin informasi yang disampaikan belum diterima masyarakat. Oleh sebab itu, ini sebagai masukan. Kalau kegiatan seperti ini jadwalnya jangan terlalu pagi, kalau siang masyarakat bisa siap menyaksikan,” imbuh Musa Kamudi.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi
Tag: MTQMTQ NasionalMTQ XXX Nasional 2024Papua BaratSamarinda