NUNUKAN.NIAGA.ASIA – PT Sembakung Sumber Energi Lestari (SSEL) menandatangai kontrak perjanjian konsorsium dengan China Huadian Hongkong Co, Ltd. (CHDHK) dalam rangka pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkekuatan 250 Megawatt (MW) di sungai Sembakung, Desa Binter, Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan.
“Penandatangan perjanjian kerja sama dengan konsorsium antara PT SSEL dengan China Huadian Hongkong Co., Ltd sudah dilaksanakan 01 Februari 2024 lalu di Jakarta,” kata Direktur Utama PT SSEL, Ismail Haris dalam pertemuan dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Nunukan Serfianus, Rabu (15/5/2024).
Ismail menjelaskan bahwa CHDHK adalah BUMN China yang telah memiliki pengalaman di bidang pembangkit listrik dengan berbagai sumber penggerak, baik geo thermal, batubara, air, matahari, maupun angin.
“Kerja sama ini bagian dari program Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dalam bentuk Business to Business, dimana kesepakatan kerja telah mendapatkan dukungan dari National Development & Reform Commission RRT,” ujarnya.
Sesuai perencanaan yang sudah dibuat, lanjutnya, PLTA Sembakung akan menjadi Independent Power Producer (IPP) penyedia daya untuk PT. PLN melalui sistem jaringan Kalsel, Kaltim. Kalteng dan Kaltara (Kalseltimtengtara).
Menurut Ismail, jaringan listrik Kalseltimtengtara selama ini menjadi backbone penyediaan listrik di seluruh pulau Kalimantan. Sesuai rencana RUPLT 2021 – 2030, PT. PLN akan mengembangkan jaringan Transmisi 500 kV dan 150 kV se-Kalimantan yang terkoneksi dengan sistem grid borneo.
PLTA Sembakung dibangun dengan konsep bendungan concrete face rock fill dam setinggi 65 sampai dengan 70 meter dan ketinggian airnya pada 90 mdpl. Sedangkan lebar tapak bendungan mencapai 230 meter dengan titik puncak bendungan selebar 350 meter.
“Dengan kondisi struktur seperti ini, debit air didapat bisa mencapai 380m3/detik yang mampu membangkitkan listrik sebesar 250MW,” ungkap Ismail.
Dijelaskan pula, listrik yang dihasilkan PLTA Sembakung nantinya dialirkan ke Gardu Induk (GI) yang berjarak sekitar 72,5 Km menggunakan Jaringan Kabel Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150kV. Nantinya jaringan SUTT ditopang 207 lattice tower, 43 titik tower berada di kawasan hutan produksi, dan sisanya berada di wilayah APL.
Ismail menambahkan, dalam membangun PLTA Sembakung pasti ada kendala, salah satunya permasalahan transportasi sebab, dengan adanya bendungan, jalur transportasi sungai dari hilir ke hulu dan sebaliknya akan terputus.
“Untuk memberikan solusi permasalahan ini dan transportasi masyarakat tidak terganggu, tim kerja PT SSEL akan mendesain sebuah sistem boat lifting yang memiliki konsep seperti lift berada di aliran sungai dan sanggup untuk mengangkat perahu melewati bendungan,” paparnya.
Terkait pembebsan lahan terdampak PLTA, Ismail akan diselesaikan secara bertahap, disesuaikan dengan rencana kerja pengerjaan konstruksi
Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan
Tag: PLTA