Penangkapan Liar dan Pembakaran Hutan Ancam Populasi Orangutan di Kaltim

Talkshow Festival Green Heart dengan tema pelestarian habitat dan orangutan di Kaltim di Mal City Centrum, Jalan Mulawarman, Samarinda, Kamis 12 September 2024 (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Centre for Orangutan Protection (COP) melaporkan populasi Orangutan di Kaltim kian terancam, imbas maraknya penangkapan liar dan pembakaran hutan. COP memperkirakan populasi satwa primata itu di Kaltim hanya sekitar 50.000 individu.

Komunitas pemuda pelestari alam di Kaltim Nawadhara bersama centre for orangutan protection (COP) menghadirkan Festival Green Heart dengan tema pelestarian habitat dan orangutan di Kaltim, di Mal City Centrum, Jalan Mulawarman, Samarinda, mulai 12-13 September 2024.

Festival itu selain menghadirkan talkshow juga menghadirkan pameran visual penanganan Orangutan untuk mengedukasi masyarakat.

Dokter Hewan COP Theresia Tinenti mengatakan, sejak didirikannya pada 2007 lalu, COP telah berkomitmen melindungi habitat Orangutan di Kalimantan dan Sumatera melalui lima program utama.

Di antaranya, perlindungan Orangutan, penyelamatan dan rehabilitasi, konservasi eks-sotu, sekolah hutan untuk orangutan dan penegakan hukum terhadap perdagangan Orangutan.

Salah satu individu orangutan yang dilepasliarkan di hutan alami Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan Tengah, Rabu 14 Juni 2023 (HO-Yayasan BOS)

“Jumlah Orangutan yang berhasil ditangani COP sejauh ini sebanyak 24 individu di pusat rehabilitasi kami di Berau, dan dilepasliarkan di hutan lindung sebanyak 13 individu. Selain itu juga translokasi atau pemindahan orangutan liar dari lokasi alami ke habitat alami lainnya sebanyak 29 individu,” kata Theresia ditemui, Kamis 12 September 2024.

Theresia menerangkan, secara umum populasi Orangutan di Kaltim hanya sekitar 50.000 individu yang tersebar di berbagai kawasan hutan lindung di Kaltim.

“Kalau tersebar di Kaltim sudah sangat sedikit, karena banyaknya kasus penangkapan liar dan pembakaran hutan,” sebut Theresia.

Hutan lindung yang digunakan COP dalam pelepasan dan pelestarian populasi Orangutan sendiri, di antaranya hutan lindung Sungai Lesan Berau, hutan lindung Wehea di Wahau Kutai Timur, dan hutan lindung Batu Mesangat, juga di Kutai Timur.

Pameran dokumentasi penyelamatan Orangutan dan lingkungan untuk mengedukasi masyarakat (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

“Pemilihan hutan tidak bisa sembarangan, harus sesuai, di mana tidak ada manusia di sekitarnya dan benar-benar hutan asri karena jalan jelajahnya Orangutan lumayan luas,” terang Theresia.

Theresia bilang, di Kaltim misalnya, untuk penanganan dan rescue orangutan COP bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur Kaltim.

Rescue (penyelamatan) kita lakukan jika ditemukan Orangutan yang terluka secara medis maupun fisik. Begitu hasil asesmen menunjukan gejala sakit, maka kita langsung bawa ke pusat rehabilitasi untuk dilakukan perawatan,” jelas Theresia.

Adapun beberapa penyakit yang ditemukan dari Orangutan di antaranya diare, kembung, flu, penyakit mata, tumor, herpes dan fraktur (patah tulang).

“Kalau yang sifatnya zoonosis (menular) Hepatitis A, Hepatitis B dan Hepatitis C, HSV 1 dan HSV 2, malaria dan demam berdarah,” sebutnya.

Dokter Hewan COP Theresia Tinenti (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

Theresia menyebutkan, COP telah memiliki banyak relawan yang tersebar di berbagai daerah, untuk mendukung upaya konservasi dan edukasi kepada masyarakat.

“Kalau relawan sendiri cukup banyak, ada puluhan seperti di Yogyakarta. Karena kita biasa melakukan kunjungan sekolah untuk merangkul generasi muda per tahunnya,” jelas Theresia.

Sekolah COP sendiri telah melatih generasi baru pegiat satwa sejak 2011 dan meluluskan lebih dari 374 orang. Di mana, setelah lulus pendidikan di sekolah COP, mereka akan mengembangkan dan menjalankan jaringan pribadi untuk perlindungan satwa, hingga melakukan penyelamatan hewan di daerah bencana.

Sementara, Ketua Nawadhara Indonesia Fatur Rahman Subianto mengatakan, Nawadhara berupaya melestarikan, menjaga bumi khususnya populasi Orangutan dan lingkungan.

“Kita beranggotakan sembilan orang anak muda yang memiliki keresahan untuk menjaga lingkungan dan bumi. Kita ada yang dari Samarinda, Penajam Paser Utara (PPU) dan Berau,” sebutnya.

Menurut Fatur, festival green heart dengan tema pelestarian habitat dan orangutan di Kaltim ini bertujuan mengajak, mengedukasi masyarakat dan generasi muda untuk bergerak melestarikan dan menjaga populasi Orangutan yang kian erancam.

Ketua Nawadhara Indonesia Fatur Rahman Subianto (niaga.asia/Nur Asih Damayanti)

Green heart ini sifatnya talkshow dan menampilkan pameran dokumentasi dan buku tentang Orangutan, berkerja sama dengan COP,” ujarnya.

Selain itu, festival green heart ini juga menghadirkan berbagai merchandise menarik yang bisa dibeli pengunjung.

“Nantinya hasil dari penjualan marchandise akan kita donasikan untuk penyelamatan Orangutan. Karena di COP ada membuka adopsi dan penyelamatan orangutan,” jelasnya.

Selain Festival Green Heart, Nawadhara juga memiliki program lainnya di antaranya Lamin Etam dan Lawang Etam.

“Lamin Etam ini program aksi tanam pohon dan memonitor hasil penanaman pohon tersebut. Sedangkan Lawang Etam merupakan kegiatan yang menyadarkan masyarakat bijak dalam mengolah sampah menjadi barang baru yang berguna,” jelas Fatur.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: