Petugas Kesehatan di Kaltim Dilatih di Samarinda Demi Eliminasi TBC di 2030

Pelatihan konseling tenaga kesehatan di Fasyankes bagi penderita TBC RO di Hotel Aston Samarinda, Senin 6 Mei 2024 (istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Dinas Kesehatan Kalimantan Timur memberikan pelatihan konseling penanganan Tuberkulosis Resistensi Obat (TBC-RO) bagi petugas kesehatan di 10 kabupaten/kota mulai hari ini hingga Rabu 8 Mei 2024, di Hotel Aston Samarinda. Tujuannya untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memininalisir kasus TBC di tahun 2030.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, Jaya Mualimin menegaskan komitmen pemerintah untuk memberantas TBC RO di Kaltim.

“Komitmen dalam memberikan pendampingan pasien TBC RO ini, berdampak pada komitmen pasien untuk berobat sampai sembuh,” kata Jaya Mualimin, Senin 6 Mei 2024.

Diketahui, TBC RO merupakan infeksi Tuberkulosis yang menyerang tubuh, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang kebal akan obat akibat dari pengobatan yang tidak benar.

Selain itu, peran pendampingan keluarga pasien juga penting untuk mendukung semangat pasien, dalam menjalani pengobatan hingga dinyatakan sembuh oleh dokter.

Berdasarkan data Dinkes Kaltim, di 2023 lalu ditemukan 87 pasien TBC RO di Kaltim. Sedangkan per 1 Mei 2024 sudah ada 24 pasien yang memulai pengobatan (enrollment) di triwulan II, yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Kaltim.

“Tentunya jumlah tersebut akan terus bertambah. Saat ini program TBC RO nasional di tahun 2024, sudah mengeluarkan panduan baru BPAL (Bedaquiline, Pretomanid, dan Linezolid) atau BPALM (Bedaquiline, Pretomanid, Linezolid dan Moxifloxacin), dengan masa pengobatan 6 bulan,” ujar Jaya Mualimin.

Panduan BPAL/BPALM merupakan panduan obat yang digunakan untuk menginformasikan pengobatan TBC RO.

Oleh karena itu, lanjut Jaya, diperlukan tenaga kesehatan yang kompeten dalam penanganan kasus TBC di Kaltim. Sehingga, tingkat kesembuhan pasien TBC di Kaltim bisa mencapai target nasional 95 persen.

“Untuk mencapai target itu maka dibutuhkan upaya yang maksimal dari seluruh lintas sektor, termasuk dari Dinkes Kaltim,” jelas Jaya Mualimin.

Lebih lanjut, Jaya menekankan, selain melalui lintas sektor dan Dinkes Kaltim, tentunya peran Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Program Manajemen Tuberkulosis Resistan Obat (PMDT), dibantu kelompok Penyintas TBC Wadah Etam diperlukan untuk mengentaskan permasalahan TBC ini.

“Semua bersatu dalam upaya pemastian pasien berobat TBC RO, untuk berobat sampai sembuh,” demikian Jaya Mualimin.

Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi

Tag: