Proyek Lapangan Futsal Aji Kuning Sebatik yang Rusak Berkali-kali Pindah Tangan

Kondisi lapangan futsal Aji Kuning Sebatik sudah mengelupas sebelum digunakan. (Foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) Khoiruddin ikut mengkritisi pembangunan sarana olahraga lapangan futsal Aji Kuning, di Kecamatan Sebatik Timur, yang mengalami kerusakan sebelum digunakan masyarakat.

“Proyek itu hasil serapan aspirasi yang saya usulkan untuk pembangunan di pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan,” kata Khoiruddin pada Niaga.Asia, Kamis (22/06/2023).

Sebagai pembawa aspirasi, Khoiruddin sangat menyesalkan jika aset yang menjadi milik Pemerintah Nunukan, sumber dana Bantuan Keuangan (Bankeu) Provinsi Kaltara tahun 2022 tidak dapat dimanfaatkan dengan baik dan layak.

Sejak awal pekerjaan, Khoiruddin mengaku dirinya sudah curiga bahkan meragukan mutu kualitas yang nantinya dihasilkan, sebab proyek senilai Rp 395 juta tersebut telah berulang kali pindah tangan

“Antara yang kerja dengan pemilik perusahaan berkali-kali pindah tangan. Saya sudah curiga ini paling nanti muncul dilapangan segini, nah sekarang terbuktikan,” ujarnya.

Penolakan masyarakat terhadap lapangan futsal menandakan adanya ketidakpuasan terhadap kualitas pekerjaan, sehingga wajar bila muncul desakan kepada pemerintah desa agar menolak serah terima.

Secara kualitas, lapangan futsal Aji kuning tidak layak karena tidak dilengkapi tiang gawang, lapangan terkelupas, jaring-jaring yang terlalu rendah, bahkan sisi bagian tengah jaring diikat di pohon kelapa sawit.

“Kita berharap masalah ini tidak mengarah ke ranah hukum pidana dan saya kira masyarakat hanya minta kelayakan lapangan,” bebernya.

Khoiruddin mengaku dirinya sempat mengawal pekerjaan hingga progress 80 persen dan selama memantau pekerjaan pihak kontraktor dan pekerja tidak pernah memperlihatkan gambar bangunan ataupun Rencana Kebutuhan Biaya (RKB).

Usulan awal pembangunan lapangan futsal mengarah ke samping jalan dengan besaran pagu anggaran aspirasi Rp 500 juta, namun ketika dikerjakan oleh kontraktor anggaran berubah jadi Rp 395 juta dan bentuk lapangan memanjang ke belakang jalan

“Kenapa kita usulkan lapangan menyamping jalan, karena bagian ujung jalan itu patok perbatasan, kalau tendangan bola terlalu kuat bisa masuk Malaysia,” bebernya.

Kecurigaan sejak awal ini memuncak ketika hasil pekerjaan tidak sesuai harapan, tidak hanya masyarakat merasakan rugi, Khoiruddin selalu pembawa aspirasi ikut terdampak rugi akibat tidak bermanfaatnya aset.

Kerugian-kerugian ini harusnya bisa dipikirkan pihak kontraktor agar polemik tidak semakin melebar lebih luas, sebab bukan tidak mungkin persoalan kecil ini berujung pada tindakan hukum dari aparat.

“Kalau tidak ditanggapi kontraktor, kita audit kecil-kecilan, kita lihat mana gambarnya, mana RAB nya,” ungkapnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Intoniswan

Tag: