NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Dapur masak Yayasan Abi Al Umi Nunukan di Jalan Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan, menjadi salah satu mitra mandiri yang ditunjuk Badan Gizi Nasional (BGN) menyediakan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) sekolah.
Bangunan permanen berukuran 10×20 meter yang awalnya dipersiapkan untuk gudang ekspor rumput laut, beralih fungsi sejak BGN memutuskan yayasan bergerak di sektor pendidikan itu menjadi mitra mandiri pelaksanaan MBG mulai 6 Januari 2025.
Aktivitas memasak mulai terlihat sejak pagi pukul 03.00 Wita hingga berakhirnya pengantaran makanan pukul 12.00 Wita. Sedikitnya 3 unit kendaraan disiapkan dalam mendistribusikan makanan ke sekolah-sekolah.
“Kami punya 45 orang pekerja dengan sistem kerja 2 kelompok. Tiap kelompok bekerja sesuai waktu yakni dari jam 3 sampai 9 pagi, dan jam 9 pagi sampai jam 1 siang,” kata penanggung jawab dapur, Muhammad Mawan kepada niaga.asia, Senin 20 Januari 2025.
Kasus keracunan pelajar SD dan SMA di Nunukan Selatan usai memakan lauk ayam diduga basi jadi evaluasi bagi pekerja. Sebab sejak kejadian itu, banyak sorotan negatif dari masyarakat diarahkan ke dapur masak.
Padahal, pekerja dapur sudah berusaha memenuhi standar kesehatan dan gizi. Bahkan pengawas dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) hampir setiap hari datang ke dapur melihat langsung proses memasak.
“Sejak kejadian keracunan, tiap hari dari TNI, Polri dan SPPG datang ke dapur masak. Kami sudah penuhi semua standar masak sesuai permintaan BGN,” klaim Mawan.
Dia menerangkan, semua pekerja yang masuk dapur diharuskan menggunakan peralatan standar kesehatan seperti penutup kepala, masker mulut dan sarung tangan. Pekerja juga harus memakai baju celemek.
Baca juga: Penjelasan BGN dan Yayasan Soal Dugaan Keracunan MBG Pelajar SD di Nunukan
Kemudian, tiap bahan baku seperti ayam, ikan, sayuran dan buah yang tersisa hari itu disingkirkan dari dapur. Pengosongan bahan baku ini bertujuan menghindari penggunaan bahan baku rusak atau tidak baik.
“Misalnya ada sisa ayam atau sayur langsung dibagikan ke pekerja untuk dibawa pulang. Jadi setiap hari berganti bahan baku segar,” sebut Mawan.
Untuk menghindari kesalahan dalam pengolahan masakan, Mawan membagi tugas para pekerjanya. Di mana kelompok pemasak nasi tidak bercampur dengan masak lauk. Begitu pula kelompok masak sayur dipisahkan dengan kelompok buah.
Seluruh ruang dapur masak sudah terpasang jaring kecil pelindung, guna menghindari masuknya lalat dan nyamuk. Kalaupun bisa masuk, lalat dan nyamuk tidak akan mampu bertahan karena ruang dapur dilengkapi kipas angin berukuran besar.
“Sengaja saya pasang kipas angin paling besar, biar lalat atau nyamuk tidak hinggap di makanan atau badan pekerja,” ujar Mawan, yang berusia 26 tahun itu.
Untuk lebih mensterilkan masakan, Mawan mengganti kotak makan yang sebelumnya berbahan plastik dengan ompreng stainless. Pergantian tempat makan ini sesuai arahan dari SPPG dan BGN.
Khusus bahan makanan, pengelola dapur memesan langsung dari pemilik usaha. Misalnya, sayuran dan buah-buahan dibeli dari petani, ikan dibeli dari pemasok, serta ayam dipesan dari pemilik kandang. Sedangkan beras didatangkan dari Sulawesi Selatan.
“Dulunya petani dan peternak lokal Nunukan kesulitan memasarkan hasil usaha. Sekarang mereka tinggal menunggu telepon pesanan datang tiap hari,” jelas Mawan.
Penulis: Budi Anshori | Editor: Saud Rosadi
Tag: Makan Bergizi GratisNunukan