SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Bagi generasi Samarinda tahun ’80 yang hobi nonton film di Mahakama Theater Samarinda, pasti ingat dengan poster-poster besar film yang terpampang di bioskop itu.
Di poster-poster itu terpampang gambar aktor dan aktris dalam dan luar negri yang sangat mirip dengan foto aslinya. Padahal zaman itu belum ada poster hasil digital printing seperti sekarang. Poster dilukis dengan manual. Siapakah gerangan pelukisnya?
Pelukisnya itu bernama Abdul Zakir. Pria kelahiran Samarinda, 17 Juni 1962 ini kerap disapa Zakir Ghopal (mungkin lantaran keturunan Pakistan).
Menggunakan teknik apa dia dalam melukis poster itu? “Saya hanya melihat dan belajar dengan senior pelukis poster film di Mahakama dan beberapa bioskop lainnya. Lalu setelah saya mencoba-coba, eee ternyata lukisan poster coba-coba dipuji teman-teman. Akhirnya jadilah saya pelukis poster tetap di Mahakama,” ungkapnya kepada niaga.asia, Jumat (11/8).
Teman seangkatan Bupati Kutim Ardiansyah di SMA Negeri 2 Samarinda ini berkiprah jadi pelukis poster hingga Mahakama Theater tidak lagi beroperasi.
“Setelah itu saya jadi pelukis realis. Agar dapur tetap berasap saya terkadang menerima orderan melukis wajah pejabat dan tokoh. Atau jadi guru privat lukis anak-anak,” papar Zakir Ghopal. Ketika order melukis wajah sepi, Zakir Ghopal menyelinginya dengan berteater.
“Gini-gini melalui teater, saya sudah pernah dua kali ke Malaysia, Sabah dan Kuala Lumpur, tahun 1999 dan 2012 lalu. Di sana saya ikut main dalam pada pementasan yang berjudul ‘Petaka’ bersama DKD Kaltim,” lanjutnya.
Kini ketika kemampuan akting dan vokalnya masih dianggap bagus, Teater Matahari Samarinda melibatkan berperan sebagai Maharesi Mukti Dahana dalam pentas ‘Sang Mulawarman’ karya Hamdani.
“Alhamdulillah, saya masih dipercaya sutradaranya Bang Wawan Timur untuk memerankan seorang pendeta agama Hindu di Kerajaan Kutai Martadipura yang wajah keindia-indiaan,” ucap mantan juara beberapa lomba baca puisi pelajar tahun ’80 an di Kaltim ini.
Dia mencintai dunia kesenian, khususnya teater dan seni rupa. “Walau penghasilannya belum memadai saya masih menekuni dunia seni, akibatnya jelas sering mendengar omelan istri,” katanya santai.
Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan
Tag: Seniman